Headlines News :
Home » , , » Esai tentang "Ujian Akhir Nasional, Tolak Ukur Keberhasilan Pendidikan?"

Esai tentang "Ujian Akhir Nasional, Tolak Ukur Keberhasilan Pendidikan?"

Written By Firman on 29 Desember 2012 | 12/29/2012


Iseng-iseng buka dokumen lama, eh ternyata nemu esaiku dulu waktu jaman SMK, yaah... walaupun esai ini tidak lolos babak penyisihan, tapi lumayanlah udah pernah ikut lomba karya tulis, buat agan yang lagi cari inspirasi untuk bikin esai... coba deh baca punyaku ini ! semoga bermanfaat !!



Topik Permasalahan:
 Sejumlah kecurangan dan kelemahan dalam pelaksanaan ujian akhir nasional membuat banyak pihak mempertanyakan kemanfaatan dan objektifitasnya dalam mengukur keberhasilan pendidikan di sekolah. Setujukah Anda dengan gagasan bahwa ujian akhir nasional tidak bisa dijadikan ukuran keberhasilan pendidikan ?

Saya sependapat, bahwa ujian akhir nasional tidak bisa dijadikan ukuran keberhasilan pendidikan. Ada beberapa faktor yang menjadi pendukung pernyataan tersebut. Faktor tersebut tentu saja tidak lepas dari berbagai kelemahan pelaksanaan ujian akhir nasional yang dewasa ini banyak ditemukan permasalahan yang berupa kecurangan-kecurangan dalam ujian akhir nasional.
Faktor pertama, dalam setiap ujian akhir nasional mata diklat yang diujikan hanya tiga macam yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Padahal dalam kenyataannya, peserta didik di sekolah tidak hanya mendapatkan materi tersebut. Kita ambil contoh mata diklat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan Pendidikan Agama Islam (PAI), dll. Sebenarnya untuk apa peserta didik harus diajarkan mata diklat yang lain jika faktanya penentu kelulusan hanya tergantung tiga mata diklat tersebut.
Faktor kedua, pengaruh ujian akhir nasional sebagai penentu kelulusan peserta didik masih terlalu besar. Padahal sebenarnya belajar tidak dapat dilihat dari hasil tiga mata diklat tersebut. Bagaimana jika pada pelaksanaan ujian akhir nasional peserta didik sedang mengalami masalah, seperti masalah keluarga atau bahkan sedang sakit, tentu saja peserta didik tidak akan dapat mengerjakan soal-soal ujian akhir nasional dengan baik seperti biasanya. Sehingga kemungkinan besar nilainya akan jelek dan sampai tidak lulus. Padahal peserta didik tersebut adalah siswa yang cukup kompeten dalam semua mata diklat. Sebagai contoh, terjadi ada peserta didik yang pernah mewakili sekolah dalam lomba kompetensi mata diklat Matematika, Bahasa Indonesia, atau Bahasa Inggris namun tidak lulus ujian akhir nasional dan pada saat tersebut ternyata peserta didik tersebut malah sudah diterima masuk Perguruan Tinggi Negeri jalur PMDK (undangan) fakultas kedokteran. Apakah bisa dikategorikan siswa tersebut lemah / gagal jika nilai ujian akhir nasionalnya kebetulan jelek? Sebut saja 60% kelulusan peserta didik didapat dari hasil ujian akhir nasional ( dengan tiga mata diklat ). Sedangkan 40% kelulusan peserta didik didapat dari hasil ujian sekolah ( dengan lebih dari sepuluh mata diklat ). Ujian akhir nasional masih belum bisa mewakili keberhasilan pendidikan jika sistemnya tetap sebagai penentu kelulusan.
Hal ini kerap kali menjadi bahan perbincangan. Bagaimana bisa, usaha peserta didik belajar selama tiga tahun ditentukan oleh ujian akhir nasional yang tentunya hanya terdiri dari hanya tiga mata diklat. Jika dalam pelaksanaannya peserta didik dinyatakan gagal, tentu usahanya selama tiga tahun belajar akan terkesan sia-sia.
Banyak muncul anggapan bahwa peserta didik yang memperoleh hasil memuaskan pada ujian akhir nasional, belum tentu merupakan peserta didik yang cerdas. Dalam kata lain, peserta didik memang pintar dalam tiga mata diklat yang diujikan, namun belum tentu peserta didik tersebut pintar atau kompeten dalam mata diklat lainnya.
Faktor ketiga, penyelenggara ujian akhir nasional tidak tahu bagaimana keseharian peserta didik. Secara umum, guru adalah pihak yang bisa dibilang paling tahu dan paling mengerti mengenai hasil belajar peserta didik dan berbagai potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Banyak diantara peserta didik yang berprestasi yang akhirnya tidak lulus hanya karena gagal dalam ujian akhir nasional. Hal ini ada kaitannya dengan minimnya kepercayaan yang diberikan kepada guru untuk mengawasi muridnya dalam ujian akhir nasional. Mulai dengan adanya tim pengawas independen ( TPI ) yang umumnya berlaku subjektif terhadap peserta didik. Kebanyakan mereka tidak tahu atau mungkin tidak mau tahu apakah peserta didik yang mereka awasi jujur atau tidak. Seringkali terjadi kesalahpahaman antara peserta didik dan pengawas. Ada peserta didik yang tidak berbuat curang namun ditegur oleh pengawas karena bertingkah mencurigakan. Ada pula peserta didik yang berbuat curang namun pengawas tidak tahu dan akhirnya tidak ditegur. Bukankah hal tersebut akan menurunkan mental peserta didik yang sedang ujian?
Selain adanya tim pengawas independen, ada juga yang sampai memasang CCTV untuk memantau proses ujian. Serta ada pula yang menggunakan bantuan dari aparat kepolisian untuk membantu pelaksanaan ujian di sekolah. Tiga tindakan diatas cukup membuktikan bahwa para guru sudah tidak lagi mendapat kepercayaan untuk mengawasi siswanya.
Faktor keempat, banyak kecurangan yang terjadi dalam pelaksanaan ujian akhir nasional yang belum bisa ditangani dengan baik. Ada banyak pula modus kecurangan yang dilakukan, baik oleh peserta didik, pengawas, hingga oknum tak bertanggung jawab yang memanfaatkan kesempatan untuk tujuan tertentu. Walaupun  tidak semua tempat pelaksanaan ujian nasional terdapat kecurangan.
Kecurangan dalam pelaksanaan ujian akhir nasional tentu saja akan mempengaruhi hasil kelulusan peserta didik. Mungkin hal ini merupakan salah satu alasan yang membuat peserta didik dengan tingkat pengetahuan yang rendah dapat memperoleh nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik yang berprestasi. Sehingga ujian akhir nasional sering kali tidak dapat menjadi ukuran keberhasilan pendidikan.
Dari keempat faktor diatas, yaitu mulai dari masalah jumlah mata diklat yang diujikan, pengaruh ujian akhir nasional yang terlalu besar terhadap kelulusan, tidak adanya kepercayaan yang diberikan kepada para guru, hingga berbagai kecurangan yang masih belum teratasi, dapat kita ambil kesimpulan bahwa ujian akhir nasional memang tidak bisa dijadikan ukuran keberhasilan pendidikan.

SMKN1Mojokerto@2010


Lisensi Dokumen:
Copyright ® 2012 Namrif NominalNol. Dilarang menyalin sebagian dan atau seluruh konten tanpa ijin penulis. Konten ini dilindungi oleh Undang-undang HAKI Indonesia. Jika masih ingin menggunakan konten ini, silahkan cantumkan link ke konten ini.
DMCA.com
Share this article :

2 komentar:

  1. gak bisa di copy dan print ya :( padahal butuh untuk contoh esay

    BalasHapus
  2. maaf gan, seharusnya agan buat sendiri, karna walaupun tulisan saya gak bagus, tapi tetap saja hak cipta perlu dihargai ya gan

    BalasHapus

 
Support : Politeknik Elektronika Negeri Surabaya | SMK Negeri 1 Kota Mojokerto | SMP Negeri 1 Prambon Sidoarjo
Copyright © 2012. Bukan's Tutorial - All Rights Reserved
Template Created by Mas Kolis Re-Building by Bukan's Tutorial
Proudly powered by Blogger